APA YANG SEYOGYANYA DILAKUKAN ORANG SAKIT
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
أَمَّا بَعْدُ
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ
KHUTBAH PERTAMA
Manusia tidak lepas dari menerima ujian dan cobaan dalam mengarungi kehidupan. Alloh menguji kepada hamba-hamba-Nya dengan kebaikan dan keburukan. Diantara ujian yang menimpa mereka adalah sehat dan sakit. Alloh menguji mereka dengan sehat. Apakah mereka memanfaatkan masa sehatnya untuk mendekatkan diri kepada Alloh atau untuk berbuat maksiat. Alloh pun menguji mereka dengan sakit. Apakah ketika mereka tertimpa sakit bisakah bersabar untuk menerima ketetapan Alloh
Alloh berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” (QS. al-Anbiya’ [21]: 35)
Ibnu Abbas t berkata, “Kami uji kalian dengan kesusahan dan kesenangan, sehat dan sakit, kaya dan miskin, halal dan haram, taat dan maksiat, hidayah dan kesesatan.” (Tafsir ath-Thobari 18/440)
Agar kita memiliki sikap yang benar dalam menghadapi sakit yang kita derita, maka hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini;
- Siapa saja yang sakit hendaknya ia bersabar atas apa yang ditakdirkan oleh Alloh . Alloh berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sesuatu (sedikit) ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Robb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-Baqoroh [2]: 155-157)
Ibnu Katsir berkata:
“Alloh mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman bahwa Dia akan menguji dan memberikan cobaan kepada mereka. Hal ini sebagaimana firman Alloh ,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kalian, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwal kalian.” (QS. Muhammad [47]: 31)
Terkadang ujian itu berupa kesenangan dan terkadang berupa kesusahan seperti ketakutan dan rasa lapar sebagaimana firman Alloh ,
“Karena itu Alloh merasakan kepada mereka pakaian ketakutan dan kelaparan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. an-Nahl [16]: 112)
Sesungguhnya ketakutan dan kelaparan masing-masing dari keduanya nampak, oleh karena itu, Alloh berfirman, ‘Pakaian ketakutan dan kelaparan.’
Firman-Nya, ‘Sesuatu dari ketakutan dan kelaparan’ adalah sedikit darinya. ‘Kekurangan harta’ adalah hilangnya sebagian harta. ‘Jiwa’ adalah kematian teman, kerabat, dan orang-orang tercinta. ‘Buah-buahan’ adalah kebun dan tanaman tidak tumbuh sebagaimana biasanya. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian salaf, ‘Sebagian pohon kurama tidak berbuah tidak hanya satu pohon.’
Semua ini dan semisalnya merupakan bagian dari cobaan yang Alloh uji kepada para hamba-Nya. Barangsiapa yang bersabar, niscaya Alloh akan memberikan pahala dan barangsiapa yang berputus asa, maka Dia menimpakan siksaan kepadanya. Oleh karena itu, Alloh berfirman, ‘Berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.’
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa maksud ‘takut’ adalah takut kepada Alloh, ‘kelaparan’ adalah puasa Romadhon, ‘kekurangan harta’ adalah menunaikan zakat, ‘jiwa’ adalah sakit sedangkan buah-buahan’ adalah anak-anak (Tafsir Ibnu Katsir 1/467)
Rosululloh bersabda:
(( عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ))
“Sungguh mengagumkan perkara orang Mukmin. Sesungguhnya semua urusannya baik, dan hal itu tidak dimiliki oleh seorangpun kecuali orang Mukmin. Jika ia ditimpa kebaikan kemudian bersyukur, maka itu kebaikan untuknya. Jika ditimpa keburukan kemudian bersabar, maka itupun kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Pada hadits tersebut, Nabi r mengabarkan bahwa setiap taqdir yang telah ditetapkan oleh Alloh kepada seorang Mukmin yang bersabar atas musibah yang menimpanya dan dia besyukur atas nikmat yang diperoleh, sungguh baik baginya. Hal ini sebagaimana firman Alloh :
“Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Alloh) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.” (QS. Ibrohim [14] : 5)
- Agar orang yang sakit tetap tabah, tegar, dan bersabar, maka hendaknya ia mencoba mengetahui dan memahami akan keutamaan orang yang sakit
Betapa banyak kenikmatan yang diberikan kepada seorang hamba justru, menjadi buruk baginya. Dan betapa banyak orang yang mendapatkan keburukan justru menjadi baik baginya.
Alloh berfirman:
وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian, dan boleh jadi (pula) kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian; Alloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Baqoroh [2]: 216)
Ketahuilah, wahai saudaraku! Sesungguhnya ketika seseorang ditimpa penyakit justru memiliki keutamaan tersendiri yang Alloh anugerahkan kepada orang yang sakit, jika ia bersabar atas takdir yang Alloh tetapkan kepadanya.
Tahukah engkau, bahwa orang yang sedang menderita sakit pada hakikatnya hal tersebut rasa kasih sayang dari Alloh .
Rosululloh bersabda:
(( إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ ))
“Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar. Jika Alloh mencintai suatu kaum, pasti Alloh memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa yang ridho menerima cobaan-Nya, niscaya ia memperoleh ridho-Nya. Barangsiapa yang membenci terhadap taqdir yang ditetapkan kepadanya, niscaya ia menerima kemurkaan Alloh.” (HR. at-Tirmidzi)
Tahukah engkau, bahwa penyakit akan menghapus dosa-dosa. Sungguh menakjubkan dan menggembirakan bukan?
Dari Abu Huroiroh diriwayatkan bahwa Rosululloh bersabda;
(( مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ ))
“Cobaan itu akan selalu menimpa seorang Mukmin dan Mukminah, baik pada dirinya, pada diri anaknya ataupun pada hartanya, sehingga bertemu dengan Alloh tanpa dosa.” (HR. at-Tirmidzi)
Rosululloh bersabda:
(( مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا ))
“Tidaklah seorang Muslim menderita penyakit, pasti Alloh hapuskan berbagai kesalahannya, seperti sebuah pohon yang meruntuhkan daun-daunannya.” (HR. Muslim)
Tahukah engkau, bahwa ketika seorang menerima cobaan berupa penyakit merupakan jalan menuju jannah.
“Telah mengabarkan kepadaku ‘Atho bin Abi Robbah , dia berkata, ‘Ibnu Abbas berkata kepadaku: ‘Ketahuilah, Aku akan kabarkan kepadamu seorang perempuan penghuni surga. Aku jabwab, Ya.’ Ibnu Abbas berkata, ‘Perempuan ini datang kepada Nabi Muhammad r seraya berkata, ‘Sesungguhnya saya seorang pengidap epilepsi dan apabila penyakitku kambuh pakaianku tersingkap. Berdoalah kepada Alloh untukku. Beliau jawab, ‘Jika engkau mau bersabar , engkau mendapatkan surga. Tapi kalau engkau mau, aku akan mendoakan kepada Alloh agar engkau sembuh. Perempuaan itu menjawab, ‘Aku bersabar. Ketika penyakitku kambuh tersingkaplah pakaianku. Berdoalah kepada Alloh agar pakaianku tidak tersingkap.’ Kemudian Beliau mendoakannya.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)
- Berbaik sangka kepada Alloh
Rosululloh bersabda bersabda:
(( لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ باللّه عَزَّ وَجَلَّ ))
“Janganlah salah seorang diantara kalian mati kecuali berbaik sangka kepada Alloh ‘Azza wa Jalla.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
Imam Nawawi dalam kitab Syarh al-Muhadzdzab berkata, “Yang dimaksud berbaik sangka kepada Alloh adalah ia berpraduga bahwa Alloh merahmatinya dan ia berharap atas rahmat-Nya melalui tadabur ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits yang mengungkap tentang kedermawanan Alloh, sifat memafkan-Nya, apa yang Dia janjikan kepada ahli tauhid, dan curahan rahmat Alloh yang dianugerSahkan kepada mereka pada hari kiamat. Hal ini sebagaimana firman Alloh dalam hadits shohih, ‘Aku tergantung prasangka hamba-ku kepada-Ku. Inilah makna hadits yang benar sebagaimana yang dikatakan oleh mayoritas ulama.’” (‘Aunu al-Ma’bud 8/265)
Imam Ahmad bin Hambal RH berkata kepada anaknya saat detik-detik kematiannya, “Ceritakan kepadaku berbagai kabar yang di dalamnya mengandung harapan dan berbaik sangka kepada Alloh.” (al-Mausu’ah ar-Rodd ‘ala al-Madzahib 64/65)
Sulaiman at-Taimi RH berkata kepada anaknya saat ajal menjemputnya, “Wahai anakku, kabarkan kepadaku keringan-keringan dalam agama dan sebutkan untukku harapan-harapan (dari Alloh) agar aku berjumpa dengan-Nya dalam keadaan berbaik sangka kepada-Nya.”.. (al-Mausu’ah ar-Rodd ‘ala al-Madzahib 64/65)
- Apabila ada kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan hendaklah ditunaikan kepada pemilik-pemilikinya bila ia mudah dilakukan. Namun bila tidak, hendaklah ia berwasiat mengenai hal itu.
Umur manusia merupakan modal yang sangat berharga untuk meraih surga dan menyelamatkan diri dari api neraka yang menyala-nyala. Jika seseorang dalam keadaan sakit dan belum menjumpai ajal maka masih ada kesempaan baginya untuk menunaikan kewajiban-kewajiban.
Di antara kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap orang, tidak hanya orang yang sedang sakit saja -perkara ini kurang mendapat perhatian- adalah melunasi utang. Jika seseorang berutang, namun belum melunasinya hingga ia meninggal dunia, niscaya ia akan mendapatkan beberapa ancaman dari Alloh dan rosul-Nya .
Rosululloh bersabda:
(( مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَم ))
“Barangsiapa meninggal dunia dalam keadaan menanggung hutang satu Dinar atau satu Dirham, maka dibayarilah (dengan diambilkan) dari kebaikannya; karena di sana tidak ada lagi Dinar dan tidak (pula) Dirham.” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani).
Rosululloh bersabda:
مَنْ فَارَقَ الرُّوحُ الْجَسَدَ وَهُوَ بَرِىءٌ مِنْ ثَلاَثٍ دَخَلَ الْجَنَّةَ مِنَ الْكِبْرِ وَالْغُلُولِ وَالدَّيْنِ
“Barangsiapa yang rohnya berpisah dari jasadnya dalam keadaan terbebas dari tiga hal, niscaya masuk surga: (pertama) bebas dari sombong, (kedua) dari khianat, dan (ketiga) dari tanggungan hutang.” (HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi. Hadits ini dishahihkan oleh syaikh Al-Albani).
Disamping melunasi hutang-hutangnya, orang yang sakit hendaknya memohon maaf terhadap pihak-pihak yang telah ia dzolimi. Jika ia pernah memukul seseorang, maka bersegerlah meminta maaf kepadanya. Jika ia pernah mencela seseorang, maka mintalah ketulusan maaf darinya. Jika ia pernah mengambil harta orang lain, maka kembalikanlah dan minta dimaafkan atas kekhilafaannya. Inilah sikap terbaik dan terpuji.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Ketika permohonan maaf ditangguhkan atau diakhirkan bisa jadi ia tidak mampu lagi mengucapkan kata maaf karena telah tutup usia. Akhirnya, di akhirat ia menuai kerugian dan penyesalan tiada tara. Amal-amal kebajikan diberikan kepada pihak yang terdzolimi. Jika kebaikannya telah habis sebelum melunasi kewajibannya, maka diambil keburukan-keburukan mereka lalu ditimpakan kepadanya.
Rosululloh bersabda:
“Tahukah kalian, siapakah orang yang pailit (bangkrut) itu? Para sahabat menjawab, ‘Orang pailit adalah orang yang tidak memiliki uang ataupun benda di antara kita. Rosululloh bersabda, ‘Sesungguhnya orang yang pailit dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan pahala sholat, puasa, dan zakat. Namun ia telah mencaci, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Maka orang ini diberi kebaikan-kebaikannya, orang itu diberi kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis, maka diambillah keburukan-kebuukan mereka lalu dibebankan kepadanya, lalu ia dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Muslim)
- Hendaklah menyegerakan untuk berwasiat.
Rosululloh bersabda:
“Tidaklah ada hak bagi seorang Muslim menunda lebih dari dua malam sedang ia mempunyai sesuatu yang ingin diwasiatkannya, kecuali wasiat itu tertulis (terletak) di samping kepalanya.” Ibnu Umar berkata, ‘Tidaklah setiap malam berlalu sejak aku mendengar sabda Rosululloh tersebut kecuali aku telah siapkan wasiatku.” (HR. al-Bukhori, Muslim, dan Ashabussunan)
إنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآيـُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صّلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
أَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، بِرَحْمَتِكَ يَآأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا فَإِنْ لمَ ْتَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفيِ اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَلَمِيْن
Artikel:
www.inilahfikih.com